Apakah Raja Charles III Bisa Mengajukan Pengunduran Diri?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Apakah Raja Charles III bisa mengajukan pengunduran diri dari Kerajaan Inggris? Pertanyaan ini menjadi perbincangan usai kesehatan Raja Inggris itu semakin mengkhawatirkan akibat penyakit kanker yang diidapnya.
Melihat ke belakang, Charles III naik takhta menggantikan ibundanya, Ratu Elizabeth II, yang meninggal pada September 2022. Dia pun tercatat sebagai orang tertua dalam sejarah Inggris yang menjadi raja, tepatnya di usia ke-73 tahun.
Belum lama memerintah Inggris, takhta yang dipegang Charles III menjadi sorotan, terlebih setelah dia didiagnosis menderita penyakit kanker. Dalam hal ini, muncul banyak spekulasi yang menyebut dirinya tidak akan lama lagi berkuasa dan segera digantikan Pangeran William selaku pewaris utama.
Lantas, apakah sebenarnya seorang Raja Inggris seperti Charles III ini bisa mengajukan pengunduran diri dari posisinya? Berikut ulasannya.
Mengutip The Conversation, ada tiga pilihan yang bisa dilakukan saat Raja Inggris mengidap sakit parah. Masing-masing adalah menunjuk penasihat negara, perwalian, dan turun takhta.
Para penasihat negara ini bisa berasal dari istri raja dan empat orang dewasa berikutnya dalam garis suksesi takhta. Misal susunannya seperti Ratu Camilla, Pangeran William, Pangeran Harry, Pangeran Andrew, dan Putri Beatrice.
Sejalan dengan tugasnya, penasihat negara dapat menjalankan sebagian besar fungsi pemerintahan saat raja sakit. Tetapi, kekuasaan mereka tidak sampai wewenang untuk membubarkan parlemen atau mengangkat bangsawan baru, terkecuali lewat izin dari penguasa yang sah.
Undang-Undang Kerajaan Inggris mengharuskan Pangeran William untuk menjadi wali, sebab dia adalah pewaris utama tahta kerajaan setelah Charles III. Wali di sini memiliki kekuasaan seperti Raja dalam hal Kerajaan Inggris, tetapi tidak dapat mengubah urutan pewaris tahta ke depannya.
Saat Raja Edward VIII turun takhta pada 1936, hal itu dicapai melalui instrumen yang ditandatangani dan pemberlakuan undang-undang yang disetujui oleh berbagai kerajaan, termasuk Australia. Masalahnya, hal demikian tidak mungkin dilakukan saat ini, sebab Inggris tidak dapat lagi membuat undang-undang terkait Australia.
Melihat potensi kekacauan konstitusional dalam menangani peran Raja di 14 wilayah kekuasaan di luar Inggris Raya, besar kemungkinan turun takhta ini dapat dihindari. Meski begitu, semua ini akan bergantung pada keputusan elit kerajaan ke depannya, termasuk kesanggupan Raja Charles III sendiri dalam memerintah.
Lihat Juga: Raja Charles III Ingin Pimpin Inggris Seumur Hidup, Pangeran William Siapkan Rencana Baru
Melihat ke belakang, Charles III naik takhta menggantikan ibundanya, Ratu Elizabeth II, yang meninggal pada September 2022. Dia pun tercatat sebagai orang tertua dalam sejarah Inggris yang menjadi raja, tepatnya di usia ke-73 tahun.
Belum lama memerintah Inggris, takhta yang dipegang Charles III menjadi sorotan, terlebih setelah dia didiagnosis menderita penyakit kanker. Dalam hal ini, muncul banyak spekulasi yang menyebut dirinya tidak akan lama lagi berkuasa dan segera digantikan Pangeran William selaku pewaris utama.
Lantas, apakah sebenarnya seorang Raja Inggris seperti Charles III ini bisa mengajukan pengunduran diri dari posisinya? Berikut ulasannya.
Apa Raja Charles III Bisa Mengajukan Pengunduran Diri?
Mengingat kondisi kesehatannya yang sudah tidak bagus lagi, sebagian pengamat berpandangan bahwa Raja Charles III akan segera turun takhta dan digantikan oleh pewaris utama, yaitu Pangeran William. Dalam hal ini, dia mungkin bisa mengajukan pengunduran diri karena pertimbangan kondisi kesehatan yang buruk.Mengutip The Conversation, ada tiga pilihan yang bisa dilakukan saat Raja Inggris mengidap sakit parah. Masing-masing adalah menunjuk penasihat negara, perwalian, dan turun takhta.
1. Penasihat Negara
Maksud dari penunjukan penasihat negara adalah Raja Charles III mendelegasikan sebagian kecil atau sebagian besar fungsi kerajaan kepada penasihat negara. Mereka yang ditunjuk nantinya bertindak bersama-sama dalam menjalankan kekuasaan kerajaan seperti menyetujui undang-undang, menerima duta besar, dan menyelenggarakan rapat Dewan Penasihat.Para penasihat negara ini bisa berasal dari istri raja dan empat orang dewasa berikutnya dalam garis suksesi takhta. Misal susunannya seperti Ratu Camilla, Pangeran William, Pangeran Harry, Pangeran Andrew, dan Putri Beatrice.
Sejalan dengan tugasnya, penasihat negara dapat menjalankan sebagian besar fungsi pemerintahan saat raja sakit. Tetapi, kekuasaan mereka tidak sampai wewenang untuk membubarkan parlemen atau mengangkat bangsawan baru, terkecuali lewat izin dari penguasa yang sah.
2. Perwalian
Pilihan kedua adalah perwalian. Keputusan ini bisa diambil jika Raja Inggris tidak mampu memimpin secara pikiran atau fisik untuk sementara waktu.Undang-Undang Kerajaan Inggris mengharuskan Pangeran William untuk menjadi wali, sebab dia adalah pewaris utama tahta kerajaan setelah Charles III. Wali di sini memiliki kekuasaan seperti Raja dalam hal Kerajaan Inggris, tetapi tidak dapat mengubah urutan pewaris tahta ke depannya.
3. Turun Takhta
Pilihan terakhir bagi raja yang tidak berdaya dalam kondisi seperti sakit parah adalah turun takhta. Namun, turunnya Charles III saat ini akan lebih rumit daripada turun takhtanya Raja Edward VIII pada tahun 1936.Saat Raja Edward VIII turun takhta pada 1936, hal itu dicapai melalui instrumen yang ditandatangani dan pemberlakuan undang-undang yang disetujui oleh berbagai kerajaan, termasuk Australia. Masalahnya, hal demikian tidak mungkin dilakukan saat ini, sebab Inggris tidak dapat lagi membuat undang-undang terkait Australia.
Melihat potensi kekacauan konstitusional dalam menangani peran Raja di 14 wilayah kekuasaan di luar Inggris Raya, besar kemungkinan turun takhta ini dapat dihindari. Meski begitu, semua ini akan bergantung pada keputusan elit kerajaan ke depannya, termasuk kesanggupan Raja Charles III sendiri dalam memerintah.
Lihat Juga: Raja Charles III Ingin Pimpin Inggris Seumur Hidup, Pangeran William Siapkan Rencana Baru
(tdy)